Rabu, 26 Oktober 2016

Hakekat Menyimak

Hakekat Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh pembicara melalui tulisan ataupun melalui bahasa lisan.
Menurut pendapat Rut G. Strickland, terdapat 9 tahap menyimak, mulai tahap menyimak yang sederhana atau tidak berketentuan sampai kepada yang amat bersungguh-sungguh. Tahap-tahap tersebut dapat di lukiskan sebagai berikut:
1.    Menyimak secara sadar yang bersifat berkala yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
2.    Selingan-selingan atau gangguan-gangguan yang sering terjadi sebaiknya dia mendengarkan secara intensional atau disengaja tetapi bersifat dangkal.
3.    Setengah mendengarkan sementara dia menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati nya mengutarakan apa yang terpendam dalam hatinya.
4.    Penyerapan keasyikan yang nyata selama resepsi atau penangkapan pasif yang sesungguhnya.
5.    Menyimak sekali-kali menyimpan sebentar-sebentar dimana perhatian yang seksama bergantian dengan keasyikan dengan ide-ide yang dibawa oleh kata-kata si pembaca ke dalam hati dan fikiran.
6.    Menyimak asosiatif dimana pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan diingat, sehingga si penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan oleh si pembaca.
7.    Reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar atau mengajukan pertanyaan.
8.    Menyimak secara seksama dan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran si pembaca.
9.    Menyimak secara aktif, mendapatkan serta menemukan pikiran serta pendapat si pembaca.

Hubungan menyimak dengan berbicara
Nelson Brooks, dalam bukunya “Language and Language Learning” , mengemukakan bahwa menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berkomunikasi dua arah secara langsung atau face to face communication. Menyimak bersifat reseptif sedangkan berbicara bersifat produktif. Misalnya, komunikasi yang terjadi antar teman, antar pembeli dan penjual, atau dalam suatu diskusi di kelas.

Hubungan menyimak dan membaca
Nelson Brooks menyatakan bahwa menyimak dan membaca mempunyai persamaan , yaitu keduanya bersifat reseptif atau bersifat menerima. Menyimak berarti menerima apa yang disampaikan oleh orang lain. Membaca berarti tinggal menyuarakan apa yang ditulis atau pendapat orang lain. Sedangkan perbedaannya  menyimak menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca menerima informasi dari sumber tertulis.

Hubungan menyimak dan menulis
Menyimak dan menulis merupakan aktifitas berbahasa, dimana ketrampilan menyimak bersifat reseftif dan menulis adalah bersifat produktif, antara menyimak dan menulis memiliki hubungan yang erat dari menyimak suatu ujaran atau informasi dapat menumbuhkan kreatifitas untuk menulis hasil simakan yang diperoleh, yang dituangkan dalam suatu karya tulis baik itu puisi maupun cerpen atau prosa.
Langsung
Apresiatif
Reseptif
Fungsional

Face to face Communication
Langsung
Produktif
ekspresif


Ketrampilan Berbahasa (Language skills)

Tak langsung
Produktif
Ekspresif
Non face to face
Tak langsung
Apresiatif
Reseptif
fungsional

Proses Menyimak
Ketrampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Secara berturut-turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan dan pada akhirnya memahami apa yang disimak. Untuk memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut:
1.      Mendengarkan
2.      Mengidentifikasi
3.      Menginterpretasi atau Menafsirkan
4.      Memahami
5.      Menilai
6.      Menanggapi apa yang disimak

Tahap-tahap menyimak menurut  Anderson:

1. Mendengar bunyi-bunyi kata-kata, tetapi tidak memberikan reaksi kepada ide-ide yang diekspresikan.
2.    Menyimak sebentar-sebentar lalu memperhatikan si pembicara sebentar-sebentar.
3.   Setengah menyimak mengikuti diskusi atau pembicaraan hanya dengan maksud memperoleh suatu kesempatan untuk mengekspresikan ide sendiri.
4.    Menyimak secara pasif dengan sedikit responsi yang tampak atau yang kelihatan.
5.  Menyimak secara sempit, dalam hal ini makna atau penekanan yang penting hilang. Karena si penyimak menyeleksi detail-detail yang biasa yang berkenan ataupun yang sesuai padanya dan yang dapat disetujuinya.
6.  Menyimak serta membentuk asosiasi-asosiasi dengan butir-butir atau hal-hal yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman pribadi seseorang.
7.    Menyimak suatu laporan untuk menangkap ide-ide pokok dan unsur-unsur penunjang atau mengikuti petunjuk-petunjuk, menyimak peraturan-peraturan serta uraian-uraian suatu permainan baru.
8.   Menyimak secara kritis : seorang penyimak memperhatikan nilai-nilai tata emosional dalam suatu iklan atau advertensi radio.
9.    Menyimak secara apresiatif dan kreatif dengan responsife mental dan emosional sejati yang matang.

Contoh Kasus

·      Mendengar
Contoh: Saat Anda mengikuti kegiatan perkuliahan, Anda mendengar teriakan dari teman Anda. Anda menoleh ke arah suara teriakan tersebut. Anda pun tidak merespon peristiwa tersebut kemudian anda melanjutkan kembali kegiatan.

·      Mendengarkan
Contoh: Saya sedang mengerjakan tugas kuliah. Saat saya sedang menulis, tiba-tiba saya mendengarkan lagu kesenangan saya. Kemudian saya berhenti sejenak sambil menikmati lagu tersebut. Setelah lagu berhenti, saya mengerjakan tugas kembali.

·      Menyimak
Contoh: Saat belajar Ilmu pendidikan di kelas, saya menyimak materi tersebut dengan seksama. Selain menyimak, saya mencatat hal-hal penting yang ada kaitannya dengan isi materinya. Tanpa saya sadari ternyata saya mengangguk-anggukkan kepala karena paham dengan apa yang dijelaskan oleh dosen. Saat dosen memberi kesempatan untuk bertanya, saya bertanya apa yang belum saya pahami.

Sumber :
http:/id.shvoong.com/social-sciences/education/2229101-keterampilan-berbahasa-indonesia-dan-hubungan/
Menyimak Bahasa Indonesia, Drs. Swandono, Drs. Durwadi UNS 1995

Tidak ada komentar:

Posting Komentar